Programmer Jatuh Cinta

Wednesday, July 30, 2014
Cerpen by Aldena Oktavian Permatasari


        Seorang programmer, identik dengan kehidupan yang flat. Namun berbeda dengan seorang gadis pemilik nama Fesya. Seorang gadis berusia 20 tahun yang baru saja bekerja sebagai programmer Android di sebuah perusahaan IT di daerah Jakarta Selatan.

Edited by me

        Fesya yang mengawali hidupnya di Jakarta dengan berkuliah di sebuah Universitas jurusan Sistem Informasi dan tinggal di sebuah kos-kosan, setelah 4 semester akhirnya dia memutuskan ingin kuliah dan bekerja guna menambah uang jajan dan tabungannya. Tak ada niat lain dalam dirinya saat akan berangkat ke Jakarta kecuali niat untuk kuliah, lulus, sukses dan bikin bangga orang tua. Sama sekali tiada pikiran untuk pacaran, jatuh cinta atau apapun itu namanya. Polosnya lagi Fesya sama sekali belum pernah merasakan apa itu yang namanya cinta.

        Hingga beberapa hari yang lalu saat hari pertama masuk kerja oleh HRD perusahaannya, Fesya dikenalkan kepada seluruh karyawan kantor yang lain. Berawal dari divisi marketing sampai divisi production yang termasuk di dalamnya adalah para programmer-programmer dengan berbagai macam bahasa pemrograman. Satu per satu Fesya dikenalkan dengan setiap manusia yang berada di dalam divisi production. Hingga Fesya sampai di depan seorang lelaki muda yang mahir dalam bahasa pemrograman php, Beni namanya. Badan tinggi, nggak terlalu gendut dan nggak terlalu kurus, kulit putih, rambut lurus dengan model yang super keren. Entah bagaimana ini bisa terjadi, Fesya merasakan ada yang berbeda dari sosok lelaki tersebut namun Fesya tak mengerti hal apa yang membuat lelaki itu tampak berbeda.

        Menjadi seorang programmer memang impian Fesya sejak ia masih di bangku SMK, dan programmer android lah yang selalu diinginkannya. Layaknya manusia yang selalu ingin bekerja karena passionnya, dan inilah yang terjadi pada Fesya. Bekerja karena passionnya yang sangat cinta dengan pemrograman terutama android. Terkadang banyak orang meremehkan para wanita yang menjadi programmer, tapi apa salahnya menjadi seorang programmer? bahkan dalam setiap lowongan pekerjaan yang ada, tidak tercantum "lowongan programmer ini hanya untuk lelaki". Fesya selalu berpikiran PD, bahagia dan bangga atas pekerjaan yang selalu diinginkannya itu.

        Hampir menginjak satu bulan bekerja di kantor tersebut, namun Fesya belum terlalu akrab dengan orang-orang di sekitarnya. Mungkin karena mayoritas adalah programmer yang selalu sibuk dengan coding masing-masing, jadi mereka kurang bergaul dengan manusia-manusia lainnya. Fesya yang sebenarnya tak suka dengan keadaan sunyi, sepi tanpa teman seperti sekarang, akhirnya harus membuat dirinya senyaman mungkin dengan caranya sendiri. Selalu mendengarkan lagu, streaming youtube, nonton film itulah yang mampu menjadi teman Fesya selama di kantor.

        Hingga suatu hari saat Fesya sedang asik ngoding dengan indahnya, datang seorang lelaki yang sangat tak asing baginya. Lelaki itu adalah Beni, si cowok keren yang jago php. Dia berjalan dengan kerennya menuju ke arah Fesya, melihat Fesya dengan tatapan yang sama sekali tak Feysa mengerti. Kemudian duduklah dia pada kursi kosong di sebelah Fesya.

“Hai, kamu Fesya kan?” sapanya.
“Iya, kamu Beni kan?”
“Iya aku Beni, uda kerja disini sebulan gimana rasanya? Hehe”
“Emm iya enak hehe”
“Yang bener? Aku tau lho kalau kamu bohong dan pura-pura merasa enak haha”
“Hehe yaa sebenernya sih aku disini sedikit nggak nyaman karena orang-orangnya pada diem. Aku jadi ngerasa kayak nggak ada temen”
“Tuh kan akhirnya ngaku juga haha”
“Maaf ya Ben, jangan bilang sapa-sapa please”
“Iya rileks aja, aku bakalan tutup mulut kok hehehe”
“Btw kamu kerja disini uda berapa lama?”
“Aku juga baru sih, sekitar 3 bulanan”
“Trus selama 3 bulan disini, gimana menurutmu? Pendapatmu tentang suasana disini dan semuanya?”
“Sama kayak kamu”
“Ha? Maksudnya sama kayak aku?”
“Yaa bosan, semua orang pada diem, jadi kayak nggak ada temen. Suntuk banget, cius haha”
“hahaha jadi kita sama-sama ngerasa bosan ya dengan suasana disini?”
“iya haha, gimana kerjaanmu? Lancar semua?”
“Yaa alhamdulillah lancar semua hihi”
“Kamu emang suka banget ya sama android? Kok keliatannya semangat bener kalau ngerjain?”
“Dari dulu emang suka banget kalau disuruh belajar android, jadi yaa kayak gini deh hehe”
“Aku tuh ya, kalau disuruh belajar android itu paling ogah banget deh. Ribetnya itu lho setengah mati”
“Loh belajar android itu nyenengin lho Ben, seriusan deh. Kamu harus coba, nggak sulit kok beneran”
“Enggak deh makasi haha”
“Ayolah Ben, kamu harus cobaa. Seriusan kamu bakal ketagihan nantinya”
“Enggak ah, susah banget itu android. Otakku nggak nyampe haha”
“Ah kamu psimis, kalah sebelum mencoba. Cupuuu”
“Wah wah wah aku nggak cupu ya”
“Kalau nggak cupu makanya belajar android”
“Hmm oke aku belajar android, tapi harus kamu yang ngajarin ya”
“Oke deh”
“Oke berarti aku uda nggak cupu lho ya”
“hahaha iya kamu nggak cupu”

Dan setelah hampir satu bulan Fesya tidak berbicara dengan salah seorang pun dalam ruangan tersebut, hari itu akhirnya dia berbicara dengan seseorang yang ternyata merasakan hal yang sama dengan Fesya.

        Hari-hari berikutnya berjalan semakin baik, Fesya tak lagi sendirian saat di kantor. Kini dia seperti telah memiliki seorang teman namun bukan hanya teman, dia seperti sahabat atau saudara untuk Fesya. Sering jalan bersama, belajar android bersama, itulah yang sering mereka lakukan. Semakin hari, kedekatan Fesya dan Beni seperti tiada lagi batas diantara mereka. Fesya sangat paham dengan sifat dan karakter Beni, begitupun sebaliknya. Namun meski hubungan mereka sudah sejauh itu, ada sebuah rahasia yang selama ini Fesya sama sekali tak tau. Fesya mengira bahwa Beni single, nggak punya pacar itulah sebabnya Fesya merasa baik-baik saja ketika bersama Beni. Akan tetapi kenyataan tak seperti apa yang Fesya duga, Beni selama ini telah bertunangan dengan seseorang.

        Bukan karena Fesya polos sehingga dia sama sekali tak mengerti jika Beni telah bertunangan, namun Beni lah yang selama ini menyembunyikan rahasia ini dari Fesya. Setiap kali jalan bersama, Fesya terkadang merasa curiga karena Beni selalu pergi diam-diam untuk menelpon seseorang. Namun setiap kali ditanya oleh Fesya, selalu saja Beni mampu menjawabnya dengan alasan lain yang akhirnya Fesya pun percaya dengan alasan tersebut dan Fesya tak berfikiran aneh-aneh.

        Kebohongan tetaplah kebohongan, dan pasti akan terungkap jika telah tiba waktunya. Suatu hari ketika Fesya sedang bersama Beni di sebuah cafe, saat mereka sedang serius belajar android, disaat Beni sedang fokus dengan android tiba-tiba datang seorang wanita dihapan merek berdua. Begitu kaget saat Beni melihat wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah tunangannya. Fesya yang tak tau apa-apa hanya mampu melihat, bengong dengan pandangan kosong. Keadaan pun seketika hening tanpa suara, tanpa gurauan. Hingga keheningan itu hilang saat wanita yang mendatangi mereka memulai pembicaraan.

“Beni??” ucap wanita tersebut.
“Firly, aku bisa jelasin kok. Kamu tenang ya” ucap Beni membalas perkataan wanita pemilik nama Firly itu.
“Kamu mau jelasin apa lagi?? Semuanya uda jelas, aku uda liat dengan mata kepalaku sendiri”
“Firly Firly please, dengerin aku dulu yaa”
“Nggak usah, aku nggak perlu dengar penjelasanmu” bentak Firly pada Beni kemudian meninggalkan Beni dan Fesya.

Fesya hanya mampu terdiam dan kaget mendengar pembicaraan antara Beni dan Firly. Fesya sama sekali tak menyangka bahwa Beni yang selama ini sangat ia percaya ternyata selama ini pula ia dibohongi oleh Beni.

“Jadi selama ini kamu bohongi aku Ben?iya?” tanya Fesya dengan maksud memperjelas semuanya.
“Gini Fesya, aku nggak bermaksud bohongin kamu. Aku nggak mau kamu salah paham”
“Salah paham gimana? Kalau dari awal kamu cerita, aku juga pasti ngertiin. Kita juga nggak ada apa-apa kan?”
“Ya gimana ya, aku itu cuma gamau kamu....”

Belum selesai Beni bicara Fesya langsung memotongnya.

“Uda deh uda, kamu selesaiin aja dulu itu urusanmu sama Firly. Dan aku? Kamu nggak usah peduliin aku”
“Tapi Feysa.. Tunggu..”

Tanpa mendengarkan yang diucap Beni, Fesya langsung meninggalkannya. Fesya yang selama ini beranggapan jika Beni belum milik orang, rasanya sakit ketika mendengar Beni telah menjadi milik wanita lain. Antara percaya dan tidak Fesya bingung kenapa ia merasa seperti itu. Tak seperti perasaan pada teman lelakinya yang lain, Fesya merasa ada yang berbeda saat bersama Beni. Dan sekarang Fesya pun merasakan ada yang berbeda saat mengetahui Beni telah menjadi milik wanita lain.

        Semalaman Fesya berpikir, merasakan, setelah kejadian sore tadi saat di cafe ia merasa ada yang aneh pada dirinya. Sebuah perasaan kecewa, takut kehilangan, dan kesepian. Bagaimana ini bisa terjadi? Fesya tak tau apa-apa. Dia yang sama sekali tak mengenal cinta, hanya mampu merasakan namun tak mampu mengartikan. Sakit yang Fesya rasa begitu aneh, perasaan sakit disaat cinta tak berpihak padanya, seperti layaknya seekor merpati yang tak mampu bersatu dengan pasangannya. Dengan pengetahuan yang kosong akan cinta, Fesya pun tak menghiraukan perasaannya, ia berusaha melupakan perasaan aneh itu.

        Keesokan harinya saat dikantor, semua seperti berubah. Beni yang dalam kebiasaannya selalu datang lebih pagi daripada Fesya, kini dia tak nampak. Dia cuti, dia menghilang. Entah apa alasan Beni, Fesya pun tak mengerti. Yang ia mengerti hanyalah perasaan sakit ketika tak mampu lagi melihat Beni dari dekat. Satu minggu kemudian Beni masih juga belum masuk kerja, kursi yang biasa diduduki oleh Beni terlihat kosong layaknya tiada kehidupan. Buruknya lagi, perasaan itu tidak pergi dan tidak menghilang. Perasaan aneh yang  Fesya rasakan untuk pertama kalinya saat sore itu di cafe itu. Rasa sakit yang mendalam membuat Fesya semakin frustasi, semakin bingung, tiada seorangpun yang mampu membantunya. Ia hanya mampu diam merasakan sakitnya patah hati. Disaat ia merasakan indahnya cinta untuk pertama kalinya, namun disaat itu pula ia harus merasakan pahitnya sakit hati melihat orang yang dicintai pergi begitu saja. Hari-hari Fesya berubah menjadi petaka, tiada kebahagiaan yang tersirat didalamnya. Semua coding yang awalnya berjalan lancar berubah menjadi fatal error. Hari-hari indah itu telah lenyap ditelan waktu.

        Sampai tibalah disuatu malam yang indah dengan bintang-bintang dan bulan yang bersinar terang, Fesya hanya duduk terdiam di teras depan kos melihat indahnya langit malam. Hingga ada seorang lelaki mendatangi Fesya dengan pakaian yang tertutup, menggunakan jaket dengan penutup kepala dan celana jeans hitam. Fesya tak mampu mengenali lelaki itu karena penampilannya menutupi wajahnya. Dalam kecemasan Fesya melihat lelaki tersebut, kemudian sampailah lelaki tersebut tepat di depan teras kos Fesya. Dengan kaget Fesya berdiri, memandangi lelaki tersebut dengan pandangan kosong. Seketika itu pula, lelaki tersebut membuka penutup kepalanya. Kaget, bingung, nggak percaya semua tercampur menjadi satu ketika Fesya melihat bahwa lelaki yang ada dihadapannya itu tak lain dan tak bukan adalah Beni.

        Seperti ada sebuah bisikan yang mendorong dan menyuruh Fesya untuk masuk ke dalam kos, dilangkahkan kakinya sesegera mungkin dan membalikkan badannya. Namun belum sempat kaki melangkah, Beni langsung memegang tangan Fesya dan menariknya sehingga badan Fesya kembali menghadap Beni.

“Fesya aku mohon dengerin aku bicara, please” ucap Beni.
“Oke kamu mau ngomong apa?” balasku.
“Jadi sebenernya aku itu nggak cinta sama Firly, aku bertunangan sama dia karena Kakek aku yang minta. Firly emang uda lama suka sama aku, sampai dia ngerayu dan ngebujuk Kakekku untuk jodohin aku sama dia. Jujur aku sama sekali nggak mau bertunangan sama dia, tapi apa daya? Kalau aku nggak mau bertunangan sama dia, Kakek bakalan pergi dari rumah. Aku nggak mau itu terjadi karena dulu Kakek itu tinggal sendirian di Singapura dan orang tuaku susah payah ngebujuk Kakek pulang ke rumah, aku nggak tega kalau ortuku harus bersusah payah lagi untuk membawa Kakek ke rumah. So, jalan satu-satunya ya aku harus nurutin kemauan Kakek. Juga saat aku berusaha menjelaskan pada Firly waktu di cafe, itu bukan karena aku ingin tetap bersama dia. Tapi aku cuma nggak mau dia ngadu ke Kakek yang takutnya Kakek marah terus pergi dari rumah”
“Iya terus maksudnya kamu cerita kayak gini ke aku itu apa?” dengan polos Fesya melontarkan pertanyaan tersebut.
“Yaa aku itu cuma cinta sama seseorang dan itu kamu”
Seketika suasana menjadi hening, Fesya merasa sangat bahagia namun dia juga bingung harus berbuat apa.
“Fesya??” tanya Beni.
“Emm emm iya Ben. Terus kenapa kamu satu minggu menghilang begitu saja?”
“Maafin aku ya karena uda pergi begitu saja tanpa kabar. Aku pergi untuk nyelesaiin masalahku dengan Firly. Aku berusaha kuat membatalkan pernikahanku dengan Firly dan berusaha mengakhiri hubunganku dengan Firly”
“Terus? Hasilnya?”
“Hasilnya yaa alhamdulillah berhasil hehe”
“Hehehe”
“Jadi gimana?”
“Apanya yang gimana?”
“Perasaan kamu? Ke aku?”
“Emm aku nggak tau ya ini cinta atau enggak. Yang pasti setiap bersama kamu aku selalu merasa bahagia, nyaman. Dan ketika kamu pergi tanpa alasan dan tanpa kabar itu hati ini rasanya sakit. Seperti aku nggak ingin kamu pergi jauh dariku”
“Kalau gitu aku nggak akan pergi jauh dari kamu. Aku akan selalu ada disamping kamu”
“Makasi yaa”
“Eh iya aku pergi selama satu minggu itu juga karena aku lagi ada project loh”
“Project apaan?”

Tanpa berkata apapun Beni langsung mengeluarkan ponselnya dan membuka sebuah aplikasi.

“Coba lihat ini. Walau aku uda tau jawabannya, tapi coba kamu pilih jawabannya di aplikasi ini”
Ditunjukkan sebuah aplikasi yang Fesya tak tau namanya. Yang dia tahu isi dari aplikasi tersebut ada sebuah pertanyaan “Apa kamu mencintaiku??” kemudian ada dua tombol yaitu “Iya” dan “Tidak”. Fesya pun memilih tombol “Iya” lalu muncul sebuah animasi lucu yang dimulai dengan datangnya seorang lelaki disusul oleh seorang wanita. Kemudian mereka saling jatuh cinta hingga kakek nenek dan di endingnya muncul sebuah tulisan “I love you more than you know”.
“Aaaa so sweet. Lucu bangeett Ben hihi” ucap Fesya memuji aplikasi tersebut.
“Hehehe ini aku buat sendiri loohh. Hasil ajaranmu niihh akhirnya aku bisa bikin aplikasi android”
“Hihihihi... bagus bagus bagus”

Endingnya mereka berdua pun hidup bahagia, menjadi sebuah keluarga kecil yang hidup dari penghasilan keduanya sebagai programmer.

Tanpa disadari terkadang kehidupan programmer bisa menjadi lebih indah daripada kehidupan para pekerja lainnya. Semua tergantung bagaimana manusia itu mampu menghiasi kehidupannya. Pekerjaan sama sekali tak berpengaruh pada keindahan hidup kita, yang menjadi pengaruh terbesar adalah semangat, usaha dan keberanian kita untuk membuat hidup menjadi lebih berwarna.

No comments:

Powered by Blogger.